Friday, June 29, 2012

Pengantar Ilmu Statistik Download


DISTRIBUSI FREKUENSI

Data

Setiap kita melakukan kegiatan pengumpulan data statistik, maka pada umumnya kegiatan tersebut akan menghasilkan kumpulan data angka yang keadaan tidak teratur, berserak dan masih merupakan bahan keterangan yang sifatnya kasar dan mentah. Dikatakan “kasar” dan “mentah” , sebab kumpulan data seperti ini belum dapat memberikan informasi secara jelas dan ringkas mengenai ciri atau sifat yang dimiliki oleh kumpulan angka tersebut. Oleh karena itu agar data angka yang telah berhasil dihimpun itu “dapat berbicara” dan dapat memberikan informasi yang berarti , diperlukan adanya tindak lanjut atau langkah tertentu.
Data :  20, 25, 25, 30, 25 45, 45, 45  50, 70, 75, 70, 80, 60, 80, 45, 45, 50, 50, 55,
            45, 45, 50, 50, 60, 60, 60, 65, 65, 70, 70, 75, 75, 80, 60, 60, 65, 70, 40 30  

Pengertian Variabel

Arti kata variabel yaitu, ubahan, faktor tidak tetap,  atau “gejala yang dapat diubah-ubah”. Variabel pada dasarnya bersifat kualitatif, namun    (dilambangkan dengan angka)
Fakta -------konsep --------prinsip --------- teori ------- ilmu
Contoh:
“Usia” adalah gejala kualitatif, akan tetapi gelaja yang bersifat kualitatif itu dilambangkan dengan angka, Misalnya : 17 tahun , 25 tahun, 52 tahun , dan sebagainya. “Nilai Ujian” pada dasarnya gejala kualitas yang dilambangkan dengan angka, seperti: 5,7,40,59,87,91,100,dan sebagainya.

Pengertian Frekuensi

Frekuensi yaitu angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka) yang menunjukkan seberapa kali suatu variabel muncul berulang dalam deretan angka tersebut.
Contoh :
Nilai yang berhasil dicapai oleh 10 orang siswa  SMA dalam tes hasil belajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagi berikut :
60        50        75        60        80        40        60        70        100      75
Angka 60 muncul tiga kali, atau siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak    3 orang. Maka disini dapat kita katakan bahwa nilai 60 itu berfrekuensi 3.
Nilai 70 hanya muncul sebanyak 1 kali saja, ini berarti bahwa nilai 70 itu berfrekuansi 1, demikian seterusnya.

Pengertian Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi merupakan penyaluran frekuensi, pembagian frekuensi, pencaran frekuensi. Atau, distribusi frekuensi merupakan suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau variabel yang dilambangkan dengan angka itu, telah tersalur, terbagi, atau terpencar”.
Contoh:
Jika data yang berupa nilai hasil THB dalam bidang studi IPA dari 10 orang siswa SMA kita sajikan dalam bentuk tabel , maka pembagian tau pencaran frekuansi dari nilai hasil tes itu akan tampak dengan nyata.

Nilai
Banyaknya (orang)
100
80
75
70
60
50
40
1
1
2
1
3
1
1
Total
10



Tabel Distribusi Frekuensi
a.  Pengertian Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel distribusi frekuensi yaitu, alat penyajian data statitik yang  berbentuk kolom dan lajur, yang didalamnya dimuat angka yang dapat melukiskan atau menggambarkan pencaran atau pembagian frekuensi dari variabel yang sedang menjadi objek penelitian.
Dalam suatu tabel distribusi frekuensi dapat kita dapati :
1). Variabel,
2). Frekuensi,
3). Jumlah frekuensi
Dalam contoh dimuka , angka-angka 100, 80, 75, 70, 60, 50, dan 40 adalah angka yang melambangkan variabel nilai hasil tes, angka 1,1,2,1,3,1,dan 1 adalah angka yang menunjukkan frekuensi, sedangkan angka 10 adalah jumlah frekuansi.

Tuesday, June 26, 2012

Jadwal UAS STAI Rahmaniyah TA. 2011-2012 SMT Genap

Di Informasikan kepada Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Rahmaniyah Sekayu Bahwa Jadwal Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Tahun Akademik 2011/2012 bisa anda lihat pad link dibawah.

Monday, June 25, 2012

Kumnpulan Regulasi Pendidikan

Bagi Para Praktisi Pendidikan, Pemikir Pendidikan dan siapapun yang berhubungan dengan dunia pendidikan di Indonesia hendaknya harus memperhatikan regulasi-regulasi yang berhubungan dengan dunia pendidikan baik peraturan yang berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas, maupun Renstra Depdiknas. Untuk yang membutuhkan Regulasi-regulasi Pendidikan bisa mendownloadnya di link-link dibawah in, tapi sebelumnya pastikan dulu bahwa komputer anda sudah terinstal program Winrar. Bagi yang belum memiliki program Winrar atau belum menginstalnya, maka silahkan Download program Winrar terlebih dahulu.  Download Program Winrar. Setelah anda Mendownload Program Winrar, instal program tersebut, setelah di instal atau programnya sudah terinstal sebelumnya maka anda bisa mendownload Regulasi pendidikan di bawah ini.

A. Undang-undang Pendidikan
B. Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan

Wednesday, June 13, 2012

BAHAN PERKULIAHAN PSIKOLOGI BELAJAR

 PERHATIAN
Sebelum kami berikan Bahan Perkuliahan Psikologi Belajar dalam Bentuk Power Point.
Saya Selaku Pengelola Web/ Blog ini Mohon ma'af karena sebelumnya Makalah dan Artikel dalam Blog ini
Sering mengalami Eror jika anda Ingin mendownloadnya. Akan Tetapi sejak tanggal 14 Juni 2012 Jam 12.30 WIB, Link Downloads Makalah dan Artikel di dalam Web / Blog ini sudah kami perbaiki dan sudah bisa ada Download secara gratis, tetapi agar anda tidak dikatakan sebagai Plagiasi maka jangan lupa untuk mencantumkan Nama Penulis dan alamat Blog ini jika ingin mengutifnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah anda mengingat alamat blog ini, maka kami cantumkan alamatnya, yaitu: http://karyasonin.blogspot.com.


Bagi para Pendidik, Calon Pendidik pada umumnya, dan khususnya bagi para Mahasiswa dan Dosen yang mengambil/ mengajar mata kuliah Psikologi Belajar anda bisa mendownload Bahan Kuliah Psikologi Belajar di sini. Anda Tertarik?, Download mumpung Gratis

Sunday, June 10, 2012

ASAL USUL DAN PENGARUH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM ISLAM


Perrhatian:
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh makalah ini tanpa mencantumkan nama dan alamat blog ini.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT DALAM ISLAM
( ASAL USUL DAN PENGARUHNYA )
Oleh: Sonin
http://karyasonin.blogspot.com

A.    Pendahuluan
Manusia dikatakan sebagai khalifah di muka bumi, memiliki suatu tanggung jawab yang besar. Karena itu dalam bentuk penciptaanya juga berbeda dengan makhluk lain, hal ini terbukti dengan adanya akal yang diberikan Allah Swt kepada manusia. Akal sebagai daya berfikir yang ada pada diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada diri Tuhan melalui suatu jalan yang benar dalam pandangan akal manusia tersebut. Dalam mencari kebenaran, Allah Swt tidak hanya memberikan kemampuan berpikir saja melainkan juga memberikan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah Swt.
Para ilmuan membahas masalah-masalah keagamaan tidak semata-mata berpegang pada wahyu Allah tetapi banyak pula yang bergantung pada pendapat akal. Peran akal yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan saja dalam salah satu bidang keilmuan tetapi juga dalam bidang filsafat, fikih, tauhid, dan bidang-bidang kajian keagamaan lainnya. (Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, 1986: 71)
Peranan akal dalam mengkaji suatu keilmuan termasuk dalam filsafat, teologi dan sebagainya, sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW. Sebagaimana diceritakan. Ketika Muaz bin Jabal diangkat menjadi Gubernur, sebelum beliau berangkat melaksanakan tugas, Rasulullah meras perlu bertanya kepadanya: “Wahai Muaz, dengan apa engkau memutuskan suatu perkara?” Muaz menjawab: “Aku memutuskan suatu perkara dengan berdasarkan kitab Allah, al Qur’an.” Rasulullah melanjutkan bertanya: “Jika sekirany tidak terdapat dalam kitab Allah?” Muaz menjawab: “Maka aku memutuskan perkara dengan Sunnah Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi: “Bagaimana kalau engkau tidak mendapatkannya dalam Sunnnah Rasulullah?” Muaz menjawab: “Dalam keadaan demikian, aku menggunakan akalku sekuat tenaga dan tidak akan melebih-lebihkannya.” Mendengar jawaban Muaz Nabi Muhammad merasa gembira dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kapada utusan-Nya.” (Hadis yang dikutif oleh H.M. Harun Nasution, 1986: 70 )
Kemudian dalam perkembanganya jika dihubungkan antara filsafat dan agama dalam sejarah kadang-kadang dekat dan baik, dan kadang-kadang jauh dan buruk. Ada kalanya para agamawan merintis perkembangan filsafat. Ada kalanya pula orang beragama merasa terancam oleh pemikiran para filosof yang kritis dan tajam. Untuk mengetahui perkembangan Pemikiran Filsafat dalam Islam, akan kita kaji dalam pembahasan berikut.

B.     Pembahasan
1.      Asal usul Pemikiran  Filsafat dalam Islam
Selain wahyu yang telah dibawa para nabi sebagai pegangan hidup, Islam juga memberikan kebebasan pada manusia untuk berpikir dalam membahas masalah-masalah keagamaan, bukan hanya dalam bidang tafsir, fiqh tawhid tetapi juga dalam bidang falsafat.
Berawal dari hasil pemikiran akal inilah munculnya aliran-aliran teologi Islam seperti  Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiah, dan Syi’ah. Dalam perkembanganya aliran-aliran ini terpecah menjadi beberapa golongan, misalnya aliran Syi’ah terpecah menjadi beberapa golongan, yang terbesar di antaranya adalah Ghulatus Syi’ah, Syi’ah Imamiah, Rafidhah dan Zaidiyah. Untuk memahami perkembangan pemikiran mereka lebih jauh dapat kita lihat dalam pendirian golongan – golongan yang terpecah belah itu. Al-Baghdadi menyatakan, lahirnya konsepsi tsybih dan tajsim untuk pertama kalinya berasal dari golongan Ghulatus Syi’ah dan Rawafidh.
Syi’ah Imamiah berpendapat sama dengan aliran Mu’tazilah yang menolak adanya sifat-sifat berdiri atas zat. Syi’ah pengikut imam dua belas ini berpendapat bahwa Tuhan Maha Esa, tidak serupa segala sesuatu atas-Nya, tidak disifatkan dengan sifat-sifat yang juga disifatkan kepada makhluk, bukan jisim, bukan bentuk, bukan jauhar, bukan ‘aradh. Tidak ada ukuran berat…, tidak gerak atau diam, tidak bertempat, tidak beranak dan tidak berperanakkan…” (H.M. Laily Mansur, 1994: 40-42 )
Syi’ah Imamiah lebih cendrung mengkafirkan orang yang berpendirian tasybih, sebagaimana dinyatakan oleh sayid Muhammad Ridha al-Muzfar : “Dan barang siapa yang menyatakan dengan tasybih atau Tuhan-Nya dengan menggambarkan bagi-Nya ada wajah, tangan dan mata, atau turun kelangit dunia, atau bagi ahli surga Dia tampak seperti bulan dan sebagainya, maka orang yang menyatakan demikian berada di tempat kafir, dan orang itu jahil atas hakekat Tuhan Yang Maha Suci dari sega kekurangan.
Salah satu golongan lain di dalam Syi’ah yaitu Ismailiah yang amat banyak terpengaruh pada filsafat, sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Syahrastani, yang dikutif oleh Laily Mansur. Menurut Ismailiah, tidak dikatakan bagi-Nya maujud atau tidak maujud, tidak alim dan tidak jahil, tidak qadir dan tidak ‘ajiz (lemah). Demkian seterusnya terhadap semua sifat. Hujjah mereka kedalam hal ini adalah bahwa penetapan hakiki terhadap sifat-sifat itu membawa kepada berserikat antara Dia dengan semua maujud di dalam sifat-sifat yang diberikan kepada-Nya. Yang demikian itu membawa kepada syirik dan tasybih. Oleh karena itulah tidak mungkin menghukum dengan penetapan sifat-sifat Tuhan itu secara mutlak dan tidak mungkin pula penolakan secara mutlak.
Setelah aliran Syi’ah Ismailiah ini dimasuki oleh Filsafat Yunani, khususnya Neo Platonisme di masa Khalifh Al Ma’mun dengan cara intensif mengawinkan ajaran-ajaran agama dengan filsafat, maka dari sinilah mulai terjadinya penyimpangan-penyimpangan khususnya dikalangan Ikhwanus Shafa, yang menghasilkan ajaran-ajaran yang ekstrim. Mereka meyakini bahwa imamah atau khilafah menuruti jalan nash dan ketetapan dan Imam itu adalah maksum, rakyat wajib mengetahuinya, membaiat dan taat kepadanya.
Pengaruh yang mendalam dari filsafat Neo Platonisme aliran Syi’ah Ismailiah juga percaya kepada teori emanasi. Nabi menduduki tempat sebagai akal pertama bersama imam-imam dan jiwa semesta. Dn ilmu pengetahuan yang memiliki aspek batin bisa sampai kepada tingkat rahasia pengetahuan batin tertinggi. Sedangan bagi orang-orang awam hanya memiliki ilmu pengetahuan lahiriah saja. (H.M. Laily Mansur, 1994: 50)
Aliran Syi’ah lain yang cukup besar pengikutnya adalah golongan Zaidiah, yang dipimpin oleh Zaid bin Hasan bin Ali bin Husen bin Ali bin Abi Thalib, aliran ini agak moderat dan mengarah pada Ahlus Sunnah. Karena Zaid berguru kepada Wasil bin Atha, maka Zaid tidak bisa melepaskan pengaruh gurunya dan dalam hal ini pengaruh Mu’tazilah.
Dengan pemikiran yang terbuka, aliran Syi’ah telah mencoba untuk mempelajari dan menerima Filsafat Yunani. Kemudian pada akhirnya terlahir filosof-filosof muslim, di dunia abad yang baru lalu saja (abad ke-20), seperti: Thabathaba’I, Murtadha Muthahhari dan yang masih hidup seperti Jalal Al-Din Asythiyani. Bahkan jauh sebelumnya telah lahir filosof muslim seperti; Al Kindi, al-Razi al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan seterusnya.
Memang sebenarnya proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakkan begitu saja bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik terhadap pemikiran-pemikiran Platinus. Sehingga banyak teori-teori filosuf Yunani diambil oleh filsuf Islam.
Demikian keadaan orang yang dapat kemudian. Kedatangan para filosuf Islam yang terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya, dan berguru kepada filsuf Yunani. Bahkan kita yang hidup pada abad ke-20 ini, banyak yang berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetap berguru tidak berarti mengekor dan mengutip, sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles. Kalau filsafat Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya. Pertukaran dan perpindahan suatu pikiran bukan selalu dikatakan utang budi. Suatu persoalan dan hasilnya dapat mempunyai bermacam-macam corak. Seorang dapat mengemukakan persoalan yang pernah dikemukakan oleh orang lain sambil mengemukakan teorinya sendiri. Spinoza, misalnya, meskipun banyak mengutip Descartes, ia mempunyai mahzab sendiri. Ibnu Sina, meskipun menjadi murid setia Aristoteles, ia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan Islam pernah menembus berbagai macam gelombang dimana ia bergumul dan berinteraksi. Pergumulan dan intereksi ini melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Jika kebudayaan Islam tersebut terpengaruh oleh kebudayaan Yunani, mengapa tidak terpengaruh oleh peradaban India dan Persia, misalnya? Artinya, transformasi dan peminjaman beberapa pemikiran tidak harus mengkonsekuensikan perbudakan dan penjiplakan.
Kenyataan yang ada juga telah menunjukkan bahwa pemikiran rasional telah dahulu mapan dalam masyarakat muslim sebelum kedatangan filsafat Yunani. Meski karya-karya Yunani mulai diterjemahkan pada masa kekuasaan Bani Umaiyah, tetapi buku-buku filsafatnya yang kemudian melahirkan filosof pertama muslim, yakni al-Kindi (801-873 M), baru mulai digarap pada masa dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa al-Makmun (811-833 M), oleh orang-orang seperti Yahya al-Balmaki, Yuhana ibn Musyawaih dan Hunain ibn Ishaq. Pada masa-masa ini, sistem berfikir rasional telah berkembang pesat dalam masyarakat intelektual Arab-Islam, yakni dalam fiqh (yurisprudensi) dan kalam (teologi). Dalam teologi, doktrin Muktazilah yang rasional, yang dibangun Wasil ibn Ata’ (699-748 M) telah mendominasi pemikiran masyarakat, bahkan menjadi doktrin resmi Negara. (Harun Nasution, 1986: 38)
Demikian juga dalam bidang fiqh. Penggunaan nalar rasional dalam penggalian hukum (istinbath) dengan istilah-istilah seperti ijtihad, istihsan, qiyas dan lainnya telah lazim digunakan. (Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam: 73)  Tokoh-tokoh mazhab fiqh yang menelorkan metode istinbath dengan menggunakan rasio seperti itu, seperti Abu Hanifah (699-767 M), Malik (716-796 M), Syafi’i (767-820 M) dan Ibn Hanbal (780-855 M), mereka hidup sebelum kedatangan filsafat Yunani. ( Arsyad, Natsir, 1995: 110)

Wednesday, June 6, 2012

Cara Mengembangkan Silabus,RPP dan Bahan ajar

Cara Mengembangkan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Bahan Ajar

         Pengembangan silabus merupakan hal yang dikatakan sulit, jika tanpa mengetahui tujuan, fungsi, dan langkah-langkah dalam mengembangkan silabus tersebut. Sementara pengembangan sibus itu merupakan suatu keharusan bagi para guru, sebab kita ketahui bahwa secara garis besar tugas pokok seorang guru itu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Akan tetapi 3 tugas pokok yang kita lihat sedikit itu jika tanpa ada keseriusan guru maka tujuan pembelajaran tidak akan terlaksana dengan maksimal dan bisa jadi kualitas anak didik akan jalan ditempat, karena kenapa? sebab guru dalam menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajarannya kurang maksimal. 
         Tugas guru yang berkaitan dengan pengembangan silabus tentu tidak terlepas dari hasil evaluasinya ketika menyiapkan perangkat pembelajaran, pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah lalu. Dengan kata lain perencaan,, pelaksanaan dan dengan melihat hasil siswa maka kita perlu mengevaluasi kembalinya. Jika perlu diperbaiki maka diperbaiki, baik dari media, metode, pendekatan, sumber belajar dan semua komponen yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, sehingga hasil pembelajaran tidak jalan ditempat (statis). Untuk itu bagi yang ingin mengembangkan silabusnya, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Pengembangan Bahan Ajar dalam mempersipakan perangkat pembelajarannya disini kami memberikan Linknya untuk di DOWNLOAD.
1. Mekanisme Pengembangan Silabus Klik disini
2. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Klik disini 
3. Pengembangan Bahan Ajar Klik disini


Monday, June 4, 2012

Pandangan Psikologi Dalam Berpikir


Oleh: Sonin

 A.                Pendahuluan

Sumber dari kepribadian seseorang berada pada pemikirannya, bila pemikirannya selalu mencari jalan keluar atau pemecahan maka manusia tersebut dikatakan pribadi yang dewasa, sehingga tutur kata dan perbuatannya mencerminkan manusia berintelektual.
Anjuran untuk berpikir ini dalam al Qur’an sebenarnya sudah tersirat, hal ini jika kita benar-benar ingin memanfaatkan fitrah kemanusiaan yang telah diberikan Allah Swt kepada tiap-tiap manusia. Akan tetapi bagi yang tidak memanfaatkan fitrah kemanusiaannya maka Allah Swt akan mengancam orang-orang yang tidak memanfaatkan fitrahnya tersebut. Allah Swt Berfirman.

dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Ayat di atas sudah menggambarkan suatu ancaman bagi orang yang tidak berfikir, sehingga fitrah kemanusiaan hilang bahkan diibaratkan lebih buruk dari binatang ternak.
Oleh karena itu manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan berfikir dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Oleh karena itu para pendidik hendaknya lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional agar mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri (Chandra, 2010).


B.                 Pengertian Berpikir

Morgan mengungkapkan berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Berpikir juga dapat dikatakan sebagai proses yang memerantarai stimulus dan respon (dalam Khodijah, 2006: 117)
Menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006: 117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (dalam Khodijah, 2006: 117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

C. Tipe Berpikir
Menurut De Bono (dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut.
  1. Berpikir vertikal (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
  2. Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
Pola berpikir vertikal adalah pola berpikir logis konvensional yang selama ini kita kenal dan umum dipakai. Pola berpikir ini dilakukan secara tahap demi tahap berdasarkan fakta yang ada, untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, dan akhirnya memilih alternatif yang paling mungkin menurut logika normal. Sedangkan pola berpikir lateral tetap menggunakan berbagai fakta yang ada, menentukan hasil akhir apa yang diinginkan, dan kemudian secara kreatif (seringkali tidak dengan cara berpikir tahap demi tahap) mencari alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang yang paling mungkin mendukung hasil akhir tersebut (Yoyo, 2007).
Pemikiran konvergen menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan pemikiran divergen menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu masalah (Elisabeth, 2005).
            Jadi, terdapat dua tipe berpikir: Berpikir Vertikal atau kovergen yang terfokus pada satu jawaban yang paling tepat bagi permasalahan tertentu. Tipe lainnya adalah berpikir Lateral atau divergen yang mencari sebanyak mungkin kemungkinan penyelesaian masalah. Mau Lengkapnya ? 





Makalah Psikologi Belajar: INTELEGENSI


INTELEGENSI
Oleh: Sonin

A. Pendahuluan

         Dalam dunia pendidikan dan pengajaran  masalah intelegensi merupakan salah satu masalah pokok, karena tidak mengherankan kalau masalah tersebut  banyak dikupas orang, baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain. Tentang peranan intelegensi itu dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan  dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar, sedang pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa intelegensi  tidak lebih mempengaruhi soal tersebut. Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa intelegensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang, lebih-lebih  pada waktu anak masih muda. Tes intelegensi dianggap sebagai sesuatu yang serba dapat menentukan ,sebagai suatu yang “allmighty’’. Tes intelegensi dapat dipakai sebagai dasar yang kuat dalam menentukan berbagai hal mengenai kemampuan manusia, terlebih lagi dalam lapangan pendidikan  penggunaan tes intelegensi itu lebih luas lagi.(suryabrata .2002, 136).




                                                   
B.  Pembahasan

  1. Definisi Intelegensi
 Bila kita perhatikan tentang intelegensi, terdapat banyak  pengertian mengenai intelegensi yang dapat kita temui dalam berbagai kepustakaan. Beberapa ahli  mengemukakan pendapat yang berbeda tentang intelegensi (Slameto, 1995:129).
         Menurut pendapat Burt; Burt berbicara tentang “the inborn mental capacity” (kesanggupan mental yang di bawa sejak lahir) yang harus diketahui guru melalui tes-tes intelegensi (1956).  Yang perlu diketahui oleh guru adalah apakah yang bisa dicapai oleh sianak, bukan apa yang telah dicapainya. Ia membedakan antara istilah “ability” (kemampuan) dan “attainment” (pencapaian). Ia mencoba memberi definisi tentang intelegensi yang disebutnya “definisi nominal”. Yang dimaksudnya adalah “innate general cognitive efficiency” (kemampuan kognitif umum sejak sejak lahir).
          Menurut  Piaget (1974) dan Case dan Collinson (1962); intelegensi adalah   pencapaian atau memperoleh suatu pengertian (konsep) dipandang sebagai pengelompokan penjelasan kelakuan, umur anak merupakan factor yang besar dalam perkembangan intelegensi anak (1974). Kemajuan anak dicapai melalui masa kognitif dalam perkembangannya ditandai oleh perubahan-perubahan progresif dalam proses anak menyesuaikan diri pada lingkungannya. Pendapat Piaget didukung oleh Case dan Collinson yang dalam penyelidikannya sampai pada kesimpulan bahwa makin bertambah umur anak makin tampak jelas kecenderungan dalam kematangan proses berfikir. Dapat dikatakan bahwa umur mentalnya makin meningkat.

         Menurut data-data piaget anak mengalami masa-masa sebagai berikut:
1.Masa intelegensi sensor motor (sejak lahir sampai 1,5 thn s/d 5 thn)
2.Masa berfikir prekonsepsi (dari 1,5 - 2 thn s/d 4thn)
3.Masa berfikir intuitif (4thn s/d 7-8 thn)
4.Masa berfikir operatif kongkrit (7-8 thn s/d 11-12 thn)
5.Masa berfikir oferatif formal ( 11-12 thn s/d 15-16 thn)
         Menurut pendapat Hunt intelegensi adalah sebagai kesanggupan menelaah  masalah didasarkan pada organisasi hierarchic dari pada penyajian  lambang dan strategi proses informasi,sebagian besar dijabarkan dari pengalaman yang lalu.  Mau Lengkap Makalah Silahkan Klik Link Berikut.