PENGEMBANGAN MINAT DAN
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN PENDDIDIKAN
AGAMA ISLAM
Oleh: SONIN
ABSTRAK
Minat pada
seseorang akan muncul karena ada rasa tertarik pada bidang tertentu yang
didukung oleh rasa senang dalam bidang yang ditekuninya dan tergantung pada bakat serta lingkungan. Hal
tersebut bisa saja muncul karena ada kebutuhan dan
kesungguhan mendasar yang disebut motivasi.
Minat dan motivasi
perlu dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Di sekolah guru harus memfasilitasi
peserta didik agar mencapai tujuan yang
diharapkan. Guru sekarang dan yang akan
datang adalah guru yang inovatif, kreatif, efektif, dan
mampu membaca kekinian untuk diaplikasikan dalam pembelajarannya. Guru
profesional dalam koridor Pendidikan Agama Islam merupakan sosok guru yang
menerapkan pengatahuannya dalam pembelajaran berbasis kultural.
Key Word:
motivasi,minat,belajar, peserta didik, implementasi
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan peserta didik merupakan proses menuju tercapainya kedewasaan atau
tingkat yang lebih sempurna pada suatu individu dan bersifat kualitatif. Perkembangan
merupakan proses yang berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan sulit untuk
dipisahkan. Faktor-faktor uang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor
eksternal (lingkungan).
Faktor lingkungan bisa saja berarti didapatkan dari dalam rumah dan sekolah
melalui interaksi sosial. Hubungannya dengan pendidikan, sekolah merupakan
pusat pengembangan peserta didik, guru dan lainnya, artinya sekolah berfungsi
sebagai tempat pemberdayaan masyarakat dan sekolah juga harus dapat melakukan
pengembangan dan perubahan transformasional kurikulum diharapkan dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar dan mengajar.
Disisi lain Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, entah mengulang
kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah
(PR) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
Pentingnya belajar tanpa harus dibicarakan panjang lebar pasti sudah
disadari oleh seluruh orangtua.
Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya
terlalu banyak bermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar.
Bahkan kalau anak sangat rajin belajar, pastilah orangtua memamerkannya ke
orang-orang dengan nada bangga, “Iya loh Bu Retno, anak saya itu belajarnya
rajin sekali. Pulang sekolah belajar, bangun tidur siang belajar, terus malam
kalau bapaknya sudah pulang ya belajar lagi. Makanya anak saya itu pintar
sekali, apa-apa tahu. Kadang-kadang malah saya yang nggak tahu”.