Thursday, May 31, 2012

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR: PERANAN EMOSI DALAM BELAJAR


EMOSI

a.      Pendahuluan
Selama ini kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi, sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkatkan hasil belajar. Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvensional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, dan berperan dalam menghidupkan perkembangan serta penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan.(Nyayu Khodijah. 2006: 153)
Emosi sering dikaitkan dengan orang yang pemarah. Pengertian tersebut secara awam dikenali dan dipakai oleh banyak orang. Pengertian emosi  yang dikaitkan dengan marah, malah terkadang diidentikkan dengan sifat suku, misalnya suku tertentu berasal dari Sumatera. Emosi melekat pada setiap orang, namun apakah setiap orang pemarah? Emosi tidak sekedar menunjukkan orang yang pemarah apalagi merujuk kepada suku tertentu.
Tulisan ini akan mengkaji khususnya tentang emosi. Tetapi tidak semua masalah emosi dalam pengkajian ini dapat ditelaah. Sebelum pada kesimpulan, tulisan ini berturut-turut menguraikan enam hal, yaitu (1) konsep emosi, (2) fungsi emosi, (3) jenis dan pengelompokkan emosi, (4) teori-teori emosi, dan (5) pengaruh emosi pada belajar serta (6) kecerdasan emosi (EQ).

b.      Pembahasan
1.      Konsep emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis
Apabila melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, “emosi” diartikan ‘luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, kaharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subjektif)’. Dalam praktiknya, ‘luapan emosi’ atau ‘reaksi psikologis atau fisiologis’ ini dapat merefleksikan budaya masyarakatnya, walaupun luapan perasaan tersebut bersifat subjektif. Hal ini bisa dimaklumi karena secara makro konsep emosi pada dasarnya terdapat dalam sistem bahasa dan sistem budaya. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Solomon (1984), dalam Wierzbicka (1990a: 134), mengatakan bahwa perbedaan emosi merupakan bagian dari perbedaan lintas budaya (cross-cultural), bukan hanya perbedan keadaan dan ekspresi.  GRATIS DOWNLOAD MAKALAH

MAKALAH: Konsep Belajar dalam Perspektif Psikologi Belajar


 BELAJAR

A. Pendahuluan

            Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-cita tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, maupun di lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah.
            Untuk dapat mencapai cita-cita tidak bisa dengan  bermalas-malas,  tetapi harus rajin, gigih dan tekun belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang  ilmu  pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan.  
            Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai  peserta didik.(Abu Ahmadi, 2004:125)
            Belajar adalah kegiatan yang berproses dan  merupakan unsur yang sangat fundamental dalam  setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan  pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (Muhibbin Syah, 2003: 89).
            Hal ini menunjukkan betapa pentingnya belajar bagi kehidupan seorang manusia. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan  dimanapun ia berada dan  akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat  di kandung badan.
            Untuk itu maka belajar harus dilakukan setiap orang secara maksimal agar dapat menguasai dan memperoleh sesuatu. Karena itu perlu diketahui seluk-beluk belajar, terutama faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berhasil tidaknya belajar seseorang.


B.  Pembahasan

1. Definisi Belajar

            Kalau kita bertanya kepada kepada seseorang tentang apakah belajar itu, akan diperoleh jawaban yang bermacam-macam. Perbedaan pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.
            Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan  belajar misalnya menirukan ucapan kalimat, menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal matematika, dan sebagainya. Tidak semua kegiatan  dapat  tergolong sebagai kegiatan belajar misalnya melamun, marah, menjiplak, dan menikmati hiburan.
            Dengan kenyataan di atas, terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut ini  dikemukakan beberapa definisi menurut para ahli.
            Menurut Witherington, dalam buku Educational Psychology  mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi  yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.(Dalyono, 2005: 211). Untuk Lengkapnya Bisa Anda DownLoad Gratis