Friday, December 7, 2012

MANAJEMEN KELAS


MANAJEMEN KELAS

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi. Secara harfiah psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas, atau perilaku manusia.
Makna psikologi khususnya tentang objek materialnya, berkembang seirama dengan perkembangan psikologi itu sendiri. Psikologi dapat pula dibedakan berdasarkan tujuannya :
1.      Psikologi teoritis yang memiliki tujuan utama yaitu memahami secara ilmiah murni untuk menyusun suatu teori seperti psikologi kepribadian, psikologi belajar dengan berbagai teori belajar.
2.      Psikologi praktis yang dikembangkan karena kebutuhan tertentu seperti psikologi pendidikan, medis, criminal, dan lain-lain.

 Dalam perkembangannya lebih lanjut, psikologi pendidikan meluas menjadi berbagai kajian dalam mengkaji tentang masalah-masalah yang dialami peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Berbagai kajian tersebut, misalnya :
·         Psikologi belajar
·         Psikologi mengajar
·         Psikologi bimbingan
·         Psikologi penyuluhan

Dari kajian tersebut semuanya bermuara pada usaha proses belajar mengajar yang efisien dan efektif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam mengetahui dan memahami gejala aktivitas jiwa dan prilaku peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian manajemen kelas!
2.      Apa tujuan manajemen kelas!
3.      Bagaimana tahapan dalam memelihara kedisiplinan kelas!

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Manajemen Kelas
Manajemen kelas dapat diklasifikasikan sebagai penggunaan aturan-aturan dan prosedur untuk menjaga ketertiban sehingga belajar dapat berhasil dengan baik. (Nyayu Khadijah : 2011).
Manajemen kelas dimaksudkan tidak hanya sekedar untuk menghindari kekacauan, tapi lebih dimaknai sebagai penetapan aturan yang memungkinkan aktivitas belajar berlangsung dengan lancar. Selain itu, manajemen kelas juga mencegah timbulnya masalah disiplin yang tidak perlu terjadi.
Dari sudut pandang pendidikan, belajar dapat timbul hanya dalam sebuah kelas yang tertib.  Akan tetapi, tertib tidak berarti tenang atau kaku. Suatu kelas yang tertib bukanlah kelas yang begitu tenang dimana kita dapat mendengar detak jarum jam, melainnkan suatu kelas yang senandung dan alurnya mengidikasikan para siswa terlibat dalam aktivitas bermakna. Para siswa mungkin membaca, menulis atau berbicara dalam kelompok masing-masing untuk membahas suatu lingkungan dimana setiap orang, guru dan siswa mengetahui dengan pasti apa yang sedang berlangsung. Menciptakan lingkungan kelas yang tertib merupakan salah satu tujuan dari manajemen kelas.
Meski isu manajemen menarik perhatian banyak guru pemula, akan tetapi semua guru mestinya memiliki kesiapan manajemen yang memadai, tidak hanya sebatas manajemen kelas dapat diartikan sebagai penggunaan aturan-aturan dan prosedur untuk menjaga ketertiban sehingga belajar dapat berhasil. Menurut Eggen dan Kauchak (1997), manajemen kelas adalah kombinasi strategi guru dan factor organisasional kelas yang membentuk lingkungan belajar yang produktif, yang mencakup penetapan rutinitas, aturan-aturan sekolah dan kelas, respon guru terhadap perilaku siswa, strategi pembelajaran yang menciptakan iklim yang kondusif untuk siswa belajar.

Fungsi manajemen kelas dalam hal ini adalah :
1.      Perencanaan, yaitu menyangkut keberlangsungan aktivitas dan bagaimana aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut dapat diorganisasikan dengan cara terbaik.
2.      Komunikasi, yaitu menetapkan perlunya untuk mengatakan pada siswa apa yang diharpkan dari mereka, ini merupakan unsur utama dalam manajemen yang efektif.
3.      Kontrol, yaitu mengekspresikan kebutuhan manjaga iklim kelas yang kondusif untuk belajar.

B.       Makna Manajemen dalam Pendidikan
Makna manajemen dalam pendidikan mempunyai pengertian untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu :
1.      Kerjasama
2.      Prosex
3.      Dapat dilihat dengan kerangka berfikir sistem
4.      Dapat dilihat dengan segi efektivitas pemanfaatan sumber
5.      Dapat dilihat dengan dari segi kepemimpinan
6.      Dapat dilihat dengan dari segi pengambilan keputusan
7.      Dapat dilihat dengan dari segi komunikasi
8.      Manajemen sering kali diartikan dalam arti sempit yaitu kegiatan ketata usahaan, seperti rutin mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan gejala aspek serta mempersiapkan laporan.

Dari uraian diatas bahwa manajemen pendidikan dapat ditinjau dari sudut proses pencapaian tujuan pendidikan. Proses ini merupakan siklus yang dimulai dari Perencanaan, Pengarahan, Pembiayaan, Pemantauan, Penilaian, pengorganisasian, pengkoordinasian.

C.      Strategi Manajemen Kelas
Dalam upaya, menciptakan iklim kelas yang kondusif dapat ditempuh dengan dua strategi manajemen, yaitu : strategi pencegahan timbulnya masalah dan strategi pemecahan masalah (Elliot dkk, 1996). Strategi pencegahan lebih menekankan pada upaya menggunakan prosedur pembelajaran dan manajemen, sedangkan strategi pemecahan masalah menekankan pada upaya mengatasi masalah yang timbul dalam kelas. Menurut Elliot dkk (1996), program manajemen kelas yang komprehensif adalah yang memadukan kedua strategi itu. Strategi ini dinamakan Manajemen Kelas Proaktif yang mencakup tindakan proaktif dalam merencanakan perilaku yang produktif. Ciri-cirinya, yaitu :
1.      Lebih bersifat preventif ketimbang reaktif
2.      Mengintegrasikan motede-motede yang memfasilitasi perilaku siswa yang sesuai dengan prosedur peningkatan prestasi, dengan menggunakan teknik pembelajaran yang efektif
3.      Menekankan dimensi kelompok dari mamajemen kelas

D.      Keterampilan manajemen kelas
Secara umum, yang  termasuk kerempilan manajemen dasar dalam praktek pembelajaran dikelas antara lain adalah keterampilan mengorganisir dan memonitor aktivitas kelas, keterampilan membentuk kelompok, keterampilan menetapkan aturan dan prosedur, dan keterampilan memberikan respons terhadap perilaku yang menyimpang.
Tahap pertama dalam manajemen kelas yang efektif adalah pengorganisasian aktivitas kelas. Ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa iklim kelas cukup kondusif untuk terjadinya proses belajar. Laslett dan Smith (1984) mengidentifikasi empat keterampilan pengorganisasian kelas, yaitu :
1.      Get them in, yaitu keterampilan memulai pelajaran
2.      Get them out, yaitu keterampilan menyimpulkan dan mengakhiri pelajaran
3.      Get on with it, yaitu berfokus pada isi pelajaran dan pengorganisasian
4.      Get on with them, yaitu menjalin hubungan yang positif dengan siswa.

Caroll (dalam Elliot dkk, 1996) mengemukakan sebuah model manajemen kelas yang menggunakan dua kategori analisis waktu, yaitu :
1.      Penentuan waktu yang diperlukan untuk belajar. Tiga aspek penting dalam kategori ini adalah : 1) bakat, yaitu jumlah waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari suatu pelajaran, 2) kemampuan memahami pembelajaran yang dipengaruhi oleh tingkat intelegensi dan kemampuan verbal, dan 3) kualitas pembelajaran, yaitu kemampuan guru menyajikan pelajaran secara menarik dan mudah dipahami.
2.      Pemanfaatan waktu belajar. Dua aspek penting dalam kategori ini adalah : 1) waktu untuk belajara, yaitu kesempatan yang dimiliki oleh setiap siswa untuk belajar di sekolah, dan 2) ketekunan, yaitu jumlah waktu yang digunakan oleh siswa untuk belajar.

E.       Karakteristik Manajer Kelas yang Efektif
“Manajer yang efektif” awalnya tidak terlalu membebani siswa mereka dengan aturan-aturan seperti yang cenderung dilakukan oleh banyak guru pemula, tetapi memulai dengan aturan yang bersifat mendasar dan secara perlahan-lahan memperkenalkan aturan lainnya sesuai keperluan. Mereka juga secara periodik mengingatkan siswa tentang aturan yang ada. Dengan cara memonitori siswa dari dekat, mereka mampu memperingatkan dengan cepat bila terjadi pelanggaran dan berupaya memperbaikinya sebelum pelanggaran kecit tersebut berkembang menjadi masalah besar. Dengan memahami karakteristik perkembangan siswa yang diajar, guru dapat mengantisipasi sumber potensi masalah dan merumuskan aturan yang akan membantu mereka mencegahnya.
Emmer, dkk (dalam Elliot dkk, 1996) mempelajari guru-guru SD yang dinilai sebagai “manajer yang efektif” dan menyatakan bahwa para guru tersebut memberitahukan aturan dan prosedur mereka pada hari pertama pelajaran di mulai, dan juga sengaja mengintegrasikannya ke dalam system pembelajaran mereka. Aturan mereka bersifat eksplisit, kongkrit, dan fungsional, dan guru tersebut memberi siswa contoh tanda yang mereka gunakan untuk berbagai aktivitas.
Menurut Kounin (1970), cirri-ciri perilaku guru sebagai manajer kelas yang efektif adalah :
1.      Adanya kesadaran, yaitu pengetahuan dan pemahaman guru tentang apa yang terjadi di dalam kelas mereka. Guru tahu apa yang sedang berlangsung dalam kelas, mereka tahu bila ada perilaku yang menyimpang dan seberapa parah penyimpangannya. Meraka juga tahu kapan harus memberikan intervensi sehingga perilaku itu tidak menyebar ke siswa lain dan menjadi masalah yang serius.
2.      Kemampuan overlapping, yaitu kemampuan guru untuk menangani dua atau lebih masalah yang terjadi secara simultan di dalam kelas.
3.      Kelancaran dalam melakukan transisi, yaitu guru tidak memiliki kesulitan dalam menangani aktivitas dalam kelas mereka. Guru memulai pelajaran, menjaga keberlangsungan, dan mengakhiri berbagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan banyak bahan pelajaran.
4.      Kesiapan kelompok, yaitu penggunaan metode pembelajaran yang menjaga minat dan kontribusi yang hidup pada pelajaran. Dalam hal ini, guru harus terus bertanya pada diri sendiri : apakah cara penyampaian pelajaran yang saya gunakan menarik? Apakah kelas yang saya ajar hidup? Apakah saya telah membuat semua siswa terlibat?

F.       Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan
1.      Manajemen Kelas untuk Pembinaan Kedisiplinan Kelas
Manajemen kelas  mengandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memmungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999 : 1). Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang mengunakan alat yang tepat terhadap problem dansituasi manajemen kelas, atau juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar  untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996).
Manajemen kelas bertujuan untuk :
1)      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang mungkin peserta didiknya untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2)      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapatmenghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabotan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, serta sifat-sifat individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996)

Dalam melakukan aktivitas manajemen kelas untuk pembinaan disiplin kelas yang basis psikologi pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakna, yaitu :
1)      Pendekatan otoriter
2)      Pendekatan permisif
3)      Pendekatan instruksional
4)      Pendekatan pengubahan perilaku
5)      Pendekatan sosila emisional
6)      Pendekatan proses kelompok (Entang dan Joni, 1984 : 19)


2.      Prinsip-prinsip Disiplin Kelas sebagai Wujud Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidkan
Disiplin  kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin yang mengacu psikologi pendidikan, hendaknya memilki basis kemanusian dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusian dan demokrsai dalam penegakan disiplin berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin (Rachman, 1999 : 170). Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan oleh para guru harus memperhatikan beberapa prinsip berikut ini, yaitu :
1)      Mengembangkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusian di kelas.
2)      Mengembangkan budaya disiplin di kelas dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menumbuhkembangkan budaya disiplin di dalam kelas.
3)      Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan control dari peserta didik dalam melaksanakan budaya disiplin di kelas.
4)      Menumbuhkembangkan kesungguhan untuk berbuat dan berinovasi dalam melaksanakan budaya disiplin di kelas oleh para guru dan peserta didik di kelas
5)      Menghindari perasaan tertekan dan rasa terpaksa pada diri guru dan peserta didik dalam menegakkan dan melaksanakan budaya disiplin di kelas.

Prinsip-prinsip dalam mendisiplinkan kelas tersebut sangat perlu dilakukan, karena disiplin kelas merupakan hal penting terhadap terciptanya perilaku yang disiplin di delas, para guru harus tetap memperhatikan berbagai teori, prinsip dan konsep yang tersurat dalam materi psikologi pendidikan, agar penegakkan disiplin di dalam kelas tetapi dilakukan oleh para guru secara edukatif, persuasive, dan demokratif yang menguntungkan bagi para guru dan peserta didik di sekolah.

3.      Pemeliharaan Budaya Disiplin dan Usaha Kuratif terhadap Pelanggaran Disiplin dengan Pendekatan Psikologi Pendidikan
Dalam upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan berkembang, para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Selain itu, aplikasi konsep, prinsip, dan teori-teori psikologi pendidikan harus juga diterapkan dalam memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan berkembang.
Ranchman (1999 : 210-212) mengemukakan bahwa ada empat tahapan dalam memelihara disiplin (termasuk disiplin kelas), yaitu :
1)      Tahap pencegahan
Para guru perlu menciptakan suasana kelas yang disiplin, ketepatan instruksional dan perencanaan pendidikan yang disiplin.
2)      Tahap pemeliharaan
Para guru perlu melakukan hubungan sosial emosional dengan peserta didik dalam menunjukkan perilaku disiplin di dalam kelas.
3)      Tahap campur tangan
Para guru perlu menangani perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari gejalanya dan mencari akar permasalahan dengan teknik-teknik yang berbasis psikologi pendidikan berupa pemberian sanksi/hukuman.
4)      Tahap pengaturan
Para guru perlu mengatur perilaku peserta didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang mendidik, persuasive, dan demokratis agar peserta didik menyadari perilakunya yang menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.

Pentingnya bagi para guru ialah mengatasi berbagai bentuk pelanggaran disiplin kelas dengan pendekatan demokratif, edukatif, dan persuatif. Selain itu, para guru juga perlu menerapkan prinsip-prinsip, teori dan konsep dalam psikologi pendidikan dalam mengatasi pelanggaran disiplin kelas.


KESIMPULAN

Manajemen kelas dapat diklasifikasikan sebagai penggunaan aturan-aturan dan prosedur untuk menjaga ketertiban sehingga belajar dapat berhasil dengan baik.
Fungsi manajemen kelas dalam hal ini adalah : Pertama, Perencanaan, yaitu menyangkut keberlangsungan aktivitas dan bagaimana aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut dapat diorganisasikan dengan cara terbaik; Kedua, Komunikasi, yaitu menetapkan perlunya untuk mengatakan pada siswa apa yang diharpkan dari mereka, ini merupakan unsur utama dalam manajemen yang efektif; Ketiga, Kontrol, yaitu mengekspresikan kebutuhan manjaga iklim kelas yang kondusif untuk belajar.
Dalam upaya, menciptakan iklim kelas yang kondusif dapat ditempuh dengan dua strategi manajemen, yaitu : strategi pencegahan timbulnya masalah dan strategi pemecahan masalah.












DAFTAR REPERENSI

Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Cetakan 12. Jakarta : Rineka Cipta
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Terlindo Press
Hadis, Abdul. 2008. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Hadis, Abdul dan Nurhayati, B. 2010. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 
Terimakasih Anda telah membaca tentang
Judul: MANAJEMEN KELAS
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Sonin
Semoga informasi MANAJEMEN KELAS bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jika ingin mengkopi paste artikel ini jangan lupa sertakan alamat blog kami karyasonin.blogspot.com atau jika ingin terhubung dengan facebook anda klik suka pada link facebook dibawah ini

0 komentar: